bogorinfo.com, BOGOR - Situs Batu Dakon yang terletak di kawasan Empang, Kota Bogor, menyimpan misteri yang belum terpecahkan sepenuhnya. Diperkirakan, situs ini merupakan peninggalan masa pra-sejarah yang berfungsi sebagai media dalam upacara ritual masyarakat.
Situs Batu Dakon terletak di Desa Ciaruteun Hilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor. Beberapa prediksi lain menyebutkan bahwa situs ini berfungsi sebagai tempat saji atau sistem kalender yang digunakan oleh masyarakat Baduy di Banten, yang dikenal dengan nama Kolonjer.
Batu Dakon memiliki bentuk unik dengan beberapa lubang cerukan yang dapat menampung air. Jika dilihat secara kasat mata, batu ini tampak seperti batu sungai pada umumnya. Namun, terdapat keanehan dan misteri yang hingga kini belum terungkap, terutama pada lubang batu yang berdiameter sekitar 250 cm. Setiap orang yang menghitung jumlah lubang tersebut selalu mendapatkan hasil yang berbeda-beda.
Keanehan ini juga dialami oleh juru pelihara (kuncen) Situs Batu Dakon, Iwan Wijaya, yang mengaku tidak mengetahui jumlah pasti lubang pada batu tersebut. Iwan menceritakan bahwa dahulu, permukaan di sekitar batu ini tidak datar seperti sekarang, tetapi bertebing seperti gunung kecil dengan pohon kupa dan belimbing di sekitarnya. Pohon kupa telah roboh dan hilang.
Menurut legenda yang diceritakan oleh Iwan, situs Batu Dakon ini dijaga oleh Eyang Adong Pranggong Jaya dan dua pengikutnya. Eyang Adong Pranggong Jaya adalah panglima perang Kerajaan Pakuan Padjajaran dan terkait dengan Makam Kramat di Kebun Raya Bogor.
Sekitar tahun 1984, Iwan bermimpi didatangi oleh seorang Panglima Kahuripan bernama Eyang Adong Prangon Jaya dari Kerajaan Padjajaran. Dalam mimpinya, Eyang Adong meminta Iwan untuk disunat sebagai bentuk penyucian. Iwan, yang sebelumnya adalah keturunan Tionghoa, mengaku bahwa nama Iwan Wijaya adalah pemberian dari Eyang Adong Prangon Jaya dan ia menggunakan nama tersebut hingga sekarang.
Batu Dakon memiliki cerukan-cerukan seperti papan permainan dakon atau congklak, peninggalan masa prasejarah (megalitik). Batu ini sering digunakan sebagai punden oleh masyarakat. Ada juga pendapat bahwa Batu Dakon berfungsi sebagai alat upacara ritual masyarakat pra-sejarah.
Prasasti Batu Dakon Bogor, juga dikenal sebagai Prasasti Batu Congklak atau Prasasti Kebon Kopi 2, memiliki cungkup berbentuk kotak dengan dua dinding tertutup dan dua sisanya terbuka separuh di bagian atasnya. Prasasti ini dinamakan demikian karena lubang-lubang bundar pada batu menyerupai lubang pada permainan congklak atau dakon.
Di dalam cungkup Prasasti Batu Dakon terdapat dua buah batu dakon dan tiga buah menhir kecil. Salah satu batu berbentuk tidak beraturan dan kasar dengan lubang-lubang berukuran besar dan kecil. Batu dakon kedua lebih teratur dan halus, terbuat dari batu hitam dengan tekstur yang lebih baik.
Menhir, yang biasanya berupa batu berukuran besar dan berdiri tegak, diperkirakan digunakan sebagai simbol dalam ritual penyembahan arwah leluhur. Ini berbeda dengan Prasasti Kebon Kopi atau Prasasti Tapak Gajah, yang berupa torehan tapak kaki gajah Airawata, tunggangan Batara Indra, dibuat sekitar tahun 400 M pada masa Tarumanegara.
Meskipun tidak ada tulisan pada batu-batu tersebut, lekukan pada Batu Dakon merupakan sisa kebudayaan megalitikum yang diperkirakan sebagai tempat meletakkan sesaji. Sebagian lubang pada Batu Dakon halus dan cukup dalam, sementara sebagian lainnya lebih kecil dan dangkal. Batu ini tampaknya sering digunakan, sehingga permukaannya menjadi halus. Terdapat dua garis guratan memanjang di sisi sebelah kiri Batu Dakon.
Di samping Batu Dakon yang halus, terdapat batu menhir halus yang melengkung di bagian atasnya dan batu dakon dengan permukaan dan lubang yang lebih kasar. Prasasti Batu Dakon merupakan peninggalan kebudayaan dari zaman megalitikum, jauh sebelum pengaruh kebudayaan Hindu masuk ke Nusantara.
Terdapat juga Batu Dakon dengan permukaan kasar dan tidak beraturan, dengan tiga buah batu menhir di dekatnya. Pada puncak menhir kecil terdapat lekukan halus yang menyerupai lutut kaki manusia. Batu menhir yang lebih besar di sebelah kanan juga memiliki lekukan yang agak memanjang di puncaknya.